cerpen singkat tentang persahabatan
Ketika tiba di sekolah, Makmun sudah
menghadangnya di pintu kelas enam. Tetapi
sama sekali Ogal tidak menampakkan wajah
terkejut, bahkan sebaliknya ia hanya
tersenyum kecil.
“Letakkan segera tasmu dan setelah itu
kita ke belakang sekolah!” pinta Makmun
dengan nada mengancam.
“Wah, pagi-pagi sudah ada petugas untuk
mengintrogasiku, ya!” sindir Ogal tenang.
“Jangan banyak komentar. Cepat
lakukan!”
Ogal bersiul-siul masuk ke kelas enam.
Setelah meletakkan tasnya, ia segera
memenuhi permintaan Makmun. Dalam
hatinya tidak ada sedikit pun perasaan gentar.
“Kenapa engkau mulai tidak memercayaiku?”
tiba-tiba Makmun mengajukan
pertanyaan. Karuan saja Ogal kebingungan
untuk menjawabnya.
“Ah, yang benar saja, Mun. Bicaramu
serius amat, sih!”
Makmun semakin tak sabar melihat ulah
Ogal yang menurutnya pura-pura tidak tahu.
“Sudahlah, jangan bercanda. Aku
serius!” sambung Makmun dengan wajah
cemberut.
“Serius? Memangnya ada apa?” Ogal
masih penasaran.
Karena tak sabar, maka Makmun
menjelaskan semua masalah yang mengganjal
di hatinya. Intinya ia tidak suka kepada Ogal
karena Ogal tidak menceritakan masalah
pribadinya kepada Makmun, sementara
kepada Saleh ia bercerita.
Ogal mengenyitkan dahinya. Tampak
bahwa Ogal berpikir keras.
“Kalau itu masalahnya tentu kalian salah
sangka,” jawab Ogal dengan suara datar.
“Maksudmu?” Makmun tak mengerti.
“Tidak setiap masalah pribadi saya harus
selalu kulaporkan kepada orang lain. Termasuk
kepada sahabat karibku, yaitu Saleh dan
kamu.”
“Tapi mengapa kamu menceritakan
masalah ibumu kepada Saleh?”
“Saya rasa kebetulan saja. Waktu itu aku
benar-benar tidak dapat menahan beban
batinku. Tiba-tiba Saleh datang ke rumah.
Maka kuceritakan semuanya pada Saleh.”
Ogal tersenyum.
“Kenapa harus kubedakan? Bukankah ka-
lian adalah sahabat karibku? Dan bukankah
pula teman-teman menjuluki kita sebagai Tiga
Serangkai?”
Makmun menundukkan kepalanya.
Dadanya semula panas karena marah, kini
terasa dingin. Ia seakan-akan tidak berani
menatap wajah Ogal. Ia malu.
“Maafkan saya, Ogal,” kata Makmun
dengan suara sangat perlahan-lahan.
Ogal menepuk pundak Makmun.
“Tak ada yang perlu dimaafkan. Kita ada-
lah sahabat sejati. Kesalahan dan kekhilafan
adalah hal yang biasa.”
“Tapi aku telah berburuk sangka
padamu!”
“Tidak, Mun. Kau hanya salah sangka!”
Ogal menggandeng sahabatnya ke
halaman sekolah. Di sana sudah banyak anakanak
yang datang. Mereka bermain kelereng, lompat
tali, dakon, atau permainan lainnya yang
mereka sukai. Bapak dan Ibu Guru juga
sudah hadir.
cerpen singkat tentang persahabatan sejati, cerpen singkat sahabatcerpen singkat tentang persahabatan dan unsur intrinsiknya, cerpen singkat tentang kehidupan, cerpen singkat tentang ibu, cerpen singkat tentang cinta, cerpen singkat lucu
demikianlah artikel tentang cerpen singkat tentang persahabatan. Semoga bermanfaat untuk Anda. Jika ada hal yang ingin ditanyakan, silahkan berkomentar. Dan jika Anda menyukai artikel ini, silahkan klik tombol share di bawah. Terima kasih..! ;)